Sabtu, 14 Juni 2008

Goal setting psikologi

Silakan diperhatikan dulu gambar ini, perhatikan baik-baik. Gambar apa yang bisa anda lihat dari sana? Jangan khawatir, karena tidak ada jawaban benar atau salah


Sebenarnya materi ini saya dapatkan ketika masih di bangku kuliah semester 2, bukan sebagai salah satu mata kuliah karena ini saya peroleh di salah satu sessi Pelatihan Pengembangan Diri. Saat itu masih sekitar th 1997an, dimana buku yang menampilkan gambar mirip dengan diatas (Seven Habits by Covey-red) sedang jadi best seller. Dan pelatihan ini merupakan pengejawantahan dari isi buku tersebut.

Saya memperoleh pemateri yang tidak main-main saat itu, Prof. Dr. Djamaluddin Ancok. Waktu itu beliau belum menjadi guru besar. Tapi kalo menilik dari jam terbang Pak Ancok (biasa kita menyapa beliau-red) betapa beruntungnya bisa memperoleh kesempatan ini.

Yap, kembali ke materi. Apapun yang anda lihat dari gambar tersebut memang tidak ada jawaban salah. Saya yakin anda semua menyimpan jawabannya. Lalu apa hubungannya dengan Goal Setting?Setiap diri kita memiliki tujuan akhir dari sebuah kehidupan. Walaupun banyak juga yang mengatakan,"Biarkan hidup ini mengalir seperti air". Silahkan... itu tidak salah, namun yakin kan diri Anda, apa yang ingin Anda peroleh di akhir hidup.

Memperoleh Surga merupakan tujuan akhir sebagian besar manusia. Yap, itu adalah goal setting tapi termasuk yang belum konkrit. Bagaimana anda akan meraihnya? Dengan amalan apa diri Anda mencapainya? Pastikan bahwa Anda bisa melakukan dalam aksi nyata. Yakinkan diri Anda bisa meraihnya selangkah demi selangkah.Jangan pernah ragu membuat goal setting dalam kehidupan Anda.

Jangan pernah menganggap kecil dengan goal setting yang sudah Anda rancang. Bisa jadi Anda membuat gunung bagi goal setting kehidupan Anda, tapi dilihat sebagai bukit bagi orang lain.Jangan gentar...

Buat hidup Anda dengan visi dan misi yang ingin Anda bangun, senantiasa asah gergaji Anda setiap kali Anda mengalami kesulitan. Bahwa jeda yang Anda buat, adalah mengisi energi untuk meraih gunung yang sedang Anda daki.

Layaknya taujiah Allah ya rohman Ust. Rahmat Abdullah,"Apa artinya usia panjang namun tanpa isi, sehingga boleh jadi biografi kita kelak hanya berisi 3 baris kata yang dipahatkan di nisan kita -si Fulan lahir tanggal sekian-sekian dan wafat tanggal sekian-sekian

"**Saya berlindung kepada Allah terhadap salah dan khilaf, karena diri ini masih terus perlu belajar**

Sumber : http://embundinda.multiply.com

Jumat, 13 Juni 2008

PROFILE DIRUT WEB BLOG


NAMA : AHMAD ROBIYANSYAH

TTL : PANDEGLANG, 27 OKTOBER 1990

ALAMAT : JL. SELAT GASFAR 2 PANJANG UTARA BANDAR LAMPUNG

ASAL SEKOLAH : SMK N 5 BANDAR LAMPUNG

KELAS : 2 MULTIMEDIA

HOBBY : MAIN KOMPUTER

TUJUAN : INGIN MENJADI PROGRAMMER DAN SUTRADARA HANDAL

MOTTO : CREATIVE DALAM SEGALA HAL


SEMUA TENTANG QU


Aku imut, lucu, chubby, sombong, keras kepala....setia dan pengertian huehehehe..... Dulu aku ingin selalu menjadi yang terbaik. Tapi sekarang aku sadar, bahwa aku harus melakukan yg terbaik sepanjang hidupku. Aku adalah orang yang suka bekerja keras, sejak kecil dididik dengan agama dan disiplin yang ketat, hingga didikan itu pun melekat dan terus aku implementasikan dalam kehidupanku. Aku percaya pada kejaiban mimpi, selama akumasih percaya pada kebesaran Allah SWT dan aku masih mau berusaha menggapainya. Maka tak ada yang tak mungkin di dunia ini







gugugi

Memaknai Kompetisi Sebagai Sebuah Pusaran Sinergi

Rabu, 02-Januari-2008; 10:18:05 WIB
Memaknai Kompetisi Sebagai Sebuah Pusaran Sinergi
- Klik Profil Penulis
Oleh : Tommy Setiawan


Dewasa ini kata KOMPETISI banyak ditafsirkan sebagai sebuah drama yang selalu melahirkan "Pemenang" sekaligus mencetak sekumpulan "Orang Kalah". Sebagai konsekuensinya, "Pemenang" akan ditafsirkan sebagai sosok yang menjulang di puncak kejayaan, yang akan dipandang dengan wajah menengadah oleh kaum "terkalahkan".


Sekejam itukah makna KOMPETISI? Apalagi bila panggung kompetisi ini sudah menapak, sudah mengejawantah di kehidupan riil sehari-hari. Sungguh kejam bila alam semesta ini pada akhirnya dikotak-kotakkan sebagai winner-looser, sebagai leader-follower, sebagai champion-mediocre, sebagai developing-under developed, atau sebagai central-marginal. Sedangkal itukah Hukum Alam yang harus dijalani oleh manusia?


Tentu tidak! Tuhan Sang Pemangku semesta alam ini sudah menyerukan untuk "Berlomba-lomba di dalam kebaikan". Ini artinya, hakikat sejati dari KOMPETISI akan jauh lebih dalam dari sekedar menang-kalah. Ada energi positif yang sangat besar, yang mengandung berjuta manfaat, yang dikandung oleh drama bernama KOMPETISI ini. Sebagai contoh, kesuksesan Tim Olimpiade Fisika Indonesia sebagai the rising star, telah memacu ratusan SMA unggulan di seantero negeri untuk menempatkan wakil-wakilnya. Walaupun akhirnya tim terpilih hanya terdiri dari "hitungan jari", tidak berarti ribuan siswa yang telah ikut berkompetisi lantas menjadi sia-sia. Tengoklah, berapa banyak SMA yang saat ini dengan bangga memasang papan nama "Mitra Olimpiade Fisika" dihalaman muka sekolahnya? Berapa banyak siswa SMA yang mendadak "jatuh cinta" pada mata pelajaran yang dulunya biasa dianggap monster? Semua pencapaian itu adalah hasil SINERGI dari ribuan siswa yang (menjadi) antusias, hasil SINERGI dari ratusan guru yang (menjadi) kompeten. Dan semua aktifitas ini berpusaran dengan KOMPETISI (Olimpiade Fisika) sebagai pusat orbitnya. Jadi apa hakikat sejati dari KOMPETISI itu? Untuk menjawabnya, kita mengacu pada sebuah Hukum Alam, yaitu bahwa segala sesuatunya di alam semesta ini selalu bergerak memutar. Semua mahluk Tuhan tanpa kecuali, selalu bergerak memutar.


Tengoklah, sekumpulan tatasurya akan mengorbit membentuk galaksi. Sekumpulan galaksi mengorbit membentuk super cluster. Sekumpulan elektron akan mengorbit membentuk molekul. Metabolisme manusia juga merupakan pusaran, sirkulasi dari energi kimia (makanan) menjadi energi tubuh (bio energi) dengan perantaraan sirkulasi darah dimana jantung merupakan pusat orbitnya. Contoh-contoh di atas menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini selalu berpusaran pada "sesuatu" yang lebih besar dari dirinya.


KOMPETISI adalah sebuah bentuk pusaran. Sang "pemenang" adalah pusat orbitnya, sementara "peserta lainnya" akan berputar mengelilinginya. Tidak ada istilah "kalah-menang" di sini, karena kewajiban sang "pemenang" adalah membagi ilmunya, membagi pengalamannya, menebar energi positifnya, kepada siapa saja yang mengorbit di sekelilingnya. Sedangkan kewajiban "peserta lainnya" adalah membuka diri untuk menyerap energi, menyerap ilmu, menyerap pengalaman dari sang pusat orbit, sang "pemenang". Inilah sebuah bentuk SINERGI.


Meskipun sama-sama mengorbit, tapi ada perbedaan mendasar antara manusia dengan mahluk Tuhan lainnya dalam melakukan SINERGI nya. Seperti "bumi-matahari", sampai kapan pun bumi selalu mengitari matahari dan tak mungkin terjadi hal sebaliknya. Tapi manusia sama sekali berbeda.


Manusia, mahluk Tuhan yang telah di "inisiasi" sebagai penguasa bumi dan isinya, telah dianugerahi kemampuan yang tak terbatas. Setiap orang memang akan selalu "mengorbit" pada seseorang yang lebih sukses dari dirinya. Seorang karyawan mengorbit pada perusahaan tempat ia bekerja. Seorang pengusaha akan mengorbit pada segmen konsumen tertentu dan juga mengorbit pada pengusaha senior lainnya (baca: networking). Seorang trainer akan mengorbit pada seorang guru yang lebih diakui kesahihannya. Tapi pada satu titik, setelah ia sukses menyerap energinya, menyerap pengalamannya, ia akan lepas, dan menjelma sebagai pusat orbit yang baru. Kini ia akan beralih tugas, dari "menyerap" berubah menjadi "membagi". Dan di sekelilingnya PASTI akan mengorbit rekannya, muridnya, koleganya, bawahannya atau pengagumnya yang dengan hati terbuka bersedia menyerap ilmu dan pengalamannya. Terjadilah sebuah SINERGI yang menjadi mata rantai tak terputuskan. Saling memberi dan menerima. Inilah hakikat yang terdalam dari sebuah KOMPETISI, yang jauh lebih bermakna dari sekedar kalah-menang.


Tahun 2008 sudah kita masuki, marilah kita jalani peran kita masing-masing dengan sebaik-baiknya, agar terjadi SINERGI, yang memang merupakan kehendak Tuhan bagi setiap manusia. Anda yang sedang jadi "pemenang" , sedang menjadi atasan, sedang menjadi idola, bagilah pengalaman dan energi Anda. Sedangkan Anda yang sedang mengorbit, bukalah hati Anda agar dapat maksimal dalam "menyerap".


Suatu saat, atasan-bawahan, idola-pengagum, junior-senior, market leader-follower, pasti akan bertukar peran. Dan itu PASTI terjadi karena memang sudah menjadi ketentuan alam. Ditulis oleh Tommy Setiawan, seorang praktisi pemasaran. Tommy dapat dihubungi melalui blowbytommy@yahoo.com atau melalui 0812 80 56772.

Mewujudkan Kesuksesan Tanpa Batas

Kamis, 27-Maret-2008; 09:16:56 WIB
Mewujudkan Kesuksesan Tanpa Batas
- Klik Profil Penulis
Oleh : Tommy Setiawan - Pengamat MLM dan Penulis buku


Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling dibangga-banggakan oleh-Nya, karena dilengkapi dengan fitur super canggih, yaitu AKAL PIKIRAN. Karunia inilah yang membuat setiap individu dilahirkan dengan potensi yang tanpa batas. Siapa pun pasti akan terkejut bila menyadari potensi sejati yang dimilikinya. Bahkan mereka yang sudah sempat "merasakan" puncak kesuksesan sekalipun pasti tetap terkagum-kagum saat menyadari bahwa ternyata masih banyak kesuksesan lainnya yang bisa mereka raih.


Sukses itu BUKAN hanya berwujud materi. Jumlahnya pun sungguh tak terhitung banyaknya karena setiap kesuksesan adalah cerminan dari kesempurnaan Sifat-Sifat Tuhan. Karena itulah, bila kita selalu konsisten pada blue print penciptaan manusia, yaitu sebagai duta-duta Beliau di dunia, maka setiap hasil karya kita pasti selalu merupakan hasil yang terbaik, sebuah KESEMPURNAAN. Untuk keperluan inilah maka manusia dibekali dengan "modal dasar" berupa akal pikiran.


Lantas, bila "modal dasar" memang sudah ada, pertanyaan selanjutnya adalah, "Apakah ada cukup kesempatan di dunia ini untuk mewujudkannya?" Bukankah kita sudah terbiasa didoktrin dengan ungkapan-ungkapan seperti:


- Bila semua orang jadi pemimpin, lantas siapa yang akan jadi anak buah?

- Dimana-mana yang namanya pemenang itu ya cuma ada satu

- Tidak semua orang dilahirkan dengan bakat seperti itu


Kita seperti dibenturkan pada sebuah paradox. Di satu sisi kita memiliki potensi yang tak terbatas, namun di sisi lain secara riil lingkungan sekitar nampaknya kurang mendukung.


Untuk menjawabnya, cukup kita gunakan sebuah logika sederhana. Tuhan adalah Sang Maha Kaya, dan Beliau sudah memberi "mandat" pada manusia untuk mengelola aset milik-Nya, yaitu dunia dan seisinya. Ini adalah sebuah "kepercayaan" yang tak ada duanya. Bayangkan, kita dipercaya oleh "Sosok" dengan kekayaan yang tak terukur dan otoritas yang tidak terbatas, inilah sebuah intagible asset yang sangat dahsyat.


Namun "tingkat kepercayaan" yang diberikan-Nya, selalu berbanding lurus dengan kesiapan kita. Artinya, bila Anda menginginkan kepercayaan yang lebih tinggi dan lebih berkualitas, maka upgrade-lah kualitas diri. Layak atau tidaknya untuk menerima tanggung jawab yang lebih besar ditentukan oleh Anda sendiri. Gali lebih dalam lagi potensi diri, dan saat Anda siap, Sang Maha Pemurah pasti akan menghadirkan KESEMPATAN.


Sampai di titik ini, bisa kita tarik kesimpulan bahwa sukses sesungguhnya bukan sekedar hak tapi justru merupakan kewajiban. Tidak ada seorang pun yang "dihadirkan" oleh-Nya di dunia ini untuk sekedar "menumpang hidup" dan "menunggu ajal tiba". Setiap orang diciptakan untuk menunaikan tugasnya masing-masing. Namun semuanya serba berproses. Artinya, melalui serangkaian proses pembelajaran, semakin banyak potensi diri yang Anda gali, semakin tinggi kualitas diri, maka semakin "berkualitas" pula tugas yang wajib Anda tunaikan.


Proses pembelajaran yang tiada henti ini lazim kita sebut sebagai KEHIDUPAN. Ya, kehidupanlah yang akan menempa Anda. Susah-senang, rejeki-musibah, kemudahan-kesulitan, adalah sebagian kecil contoh tempaan-tempaan yang akan selalu kita hadapi.


Bila kita selalu berbaik sangka pada Sang Pencipta, maka setiap proses tempaan tersebut PASTI akan menambah "lapisan-lapisan" KEBIJAKAN kita. Artinya, bila kita berhasil melalui phase-phase tempaan tersebut, tanpa sadar kita sesungguhnya telah meng-upgrade kualitas diri kita. Kita pun sudah siap untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar lagi dan tentunya, siap untuk meraih puncak kesuksesan yang berikutnya.


Sebagai contoh, bila Anda seorang manager madya yang bercita-cita untuk menjadi seorang direktur, maka mulailah berpikir seperti direktur, bersikap sebagai direktur, mengambil keputusan dengan kualitas direktur, memimpin dengan karakter direktur, berani menghadapi kompleksitas pada level direktur serta sanggup memecahkan masalah yang "hanya" dihadapi oleh seorang direktur.


Bila Anda memimpikan untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi lagi, di mana memang seharusnya berjalan demikian, maka selalu hadapi dan selesaikan pembelajaran yang sedang Anda alami, baik "senang" maupun "susah". Mereka yang BERANI memimpikan kesuksesan yang tanpa batas adalah mereka yang selalu BERANI menghadapi apapun bentuk "pembelajaran" yang dianugerahkan oleh-Nya.


Ditulis oleh Tommy Setiawan, seorang praktisi pemasaran dan pengamat industri MLM. Tommy dapat dihubungi melalui blowbytommy@yahoo.com atau melalui 0812 80 56772.

Pentingnya Menebar Energi Positif

Rabu, 28-November-2007; 10:32:56 WIB
Pentingnya Menebar Energi Positif
- Klik Profil Penulis
Oleh : Tommy Setiawan


Manusia tidak akan pernah lepas dari serangkaian hukum alam. Ketentuan ini akan mengikat setiap individu, tak peduli apakah ia setuju atau pun tidak, karena hukum alam merupakan ketetapan dari Sang Pencipta bagi alam dan seisinya. Salah satu hukum alam yang mengikat kita adalah Hukum Kekekalan Energi.

Energi itu bersifat kekal. Menurut Einstein, energi tidak bisa dimusnahkan, ia hanya berubah bentuk. Lantas apa sajakah bentuk energi yang relevan dengan kehidupan manusia? Jawabannya adalah SEGALANYA! Energi di sini meliputi semua perbuatan yang kita lakukan, langkah kaki kita, ayunan tangan kita, kata-kata yang kita ucapkan, senyum yang kita bagi, bahkan niat yang terlintas dalam pikiran kita. Sejalan dengan konsep hukum karma, Newton dalam Hukum Newton ke-2 menyatakan bahwa Aksi = Reaksi.

Apapun Aksi (energi) yang kita lepaskan, akan selalu memberikan Reaksi (balasan) yang setimpal. Artinya, semua perbuatan yang pernah kita lakukan, selalu memberikan dampak pada diri kita sendiri, bahkan pada anak cucu kita. Nah, bila kita menginginkan energi (dampak) yang baik dalam kehidupan kita dan anak cucu kita kelak, pertanyaannya adalah, “Energi (perbuatan) seperti apakah yang selayaknya kita lakukan?” Untuk menjawabnya, kita perlu menghubungkan ke-2 hukum alam tadi dengan sebuah hukum alam lainnya, yaitu Hukum Keseimbangan.

Hukum Keseimbangan menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini selalu berpasangan. Bila kita mengenal energi positif, tentunya sebagai penyeimbang Tuhan juga menciptakan energi negatif. Keduanya memang akan menciptakan sebuah keseimbangan. Dan Hukum Keseimbangan ini selalu bersinergi secara harmonis dengan hukum alam lainnya, termasuk Hukum Kekekalan Energi dan Hukum Aksi-Reaksi di atas. Energi positif selalu berkumpul dengan energi positif. Karena itu, umpan balik berupa energi positif HANYA akan diperoleh bila kita juga selalu menebar energi positif. Artinya, jangan pernah kita mengharapkan keberuntungan, rejeki berlimpah, peningkatan order, peningkatan penjualan, dan sebagainya, bila yang selalu kita kerjakan hanyalah kecurangan, penipuan, kesombongan, kemaksiatan dan sejenisnya. Semua agama selalu menganjurkan untuk menebar energi positif.

Mulai dari ringan tangan (beramal), rajin bekerja, berprasangka baik, membagi kasih, sampai yang paling sederhana, membagi senyum. Sebaliknya, energi negatif sesungguhnya merupakan larangan agama. Mulai dari yang ekstrim seperti mencuri dan menipu, sampai hal-hal yang nampak remeh seperti sombong, membanggakan diri, merendahkan orang lain. Lantas, bagaimana bila di masa lampau kita banyak terpeleset menebar energi negatif? Ada satu fasilitas dari hukum alam yang telah disediakan oleh Tuhan.

Energi positif, mempunyai kekuatan berkali lipat lebih kuat dibanding dengan energi negatif. Seperti kerja gravitasi semesta, apa jadinya bila matahari (pusat tatasurya) ukurannya jauh lebih kecil dari bumi (yang mengitarinya)? Energi positif akan menghapus “jejak” energi negatif yang pernah Anda keluarkan, merubahnya menjadi energi positif pula.

Anda ingin sukses? Ingin bisnis Anda maju? Ingin meningkatkan penjualan? Ingin mendapat tambahan order? Maka mulailah menebar energi positif saat ini juga..!

Ditulis oleh Tommy Setiawan, seorang praktisi pemasaran.
Tommy dapat dihubungi melalui blowbytommy@yahoo.com atau melalui 0812 80 56772.

Membangun Value, Mari Berkaca Pada Kaisar Hirohito

Selasa, 09-Januari-2007; 09:47:33 WIB
Membangun Value, Mari Berkaca Pada Kaisar Hirohito
Klik Profil Penulis
Oleh : Tommy Setiawan - Pelaku bisnis MLM dan Penulis Buku


Pada akhir masa pengeboman sekutu atas Jepang, yang ditandai dengan jatuhnya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, praktis seluruh wilayah Jepang mengalami kehancuran total. Dalam situasi yang suram itu, kaisar Jepang saat itu, Kaisar Hirohito, melakukan inspeksi keliling untuk melihat secara langsung kondisi rakyatnya.

Ada satu pertanyaan yang diajukan sang kaisar kepada stafnya, yang tidak akan pernah dilupakan oleh bangsa Jepang sampai detik ini. Kaisar bukan menanyakan berapa jumlah pabrik yang tersisa, berapa jumlah bank yang masih buka, atau berapa jumlah rumah yang masih berdiri. Satu-satunya pertanyaan beliau adalah, "Berapa jumlah guru yang masih kita punyai?"
Hasil dari dialog pendek tersebut sungguh luarbiasa. Kini Jepang berbalik, seolah merekalah yang menjajah Amerika. Pada tahun 2006, pabrikan mobil Toyota melejit menjadi produsen mobil nomor 1 sedunia. Untuk pasar Amerika sendiri, 2 raksasa lokal -Ford dan General Motor- sampai-sampai harus mengurangi karyawannya karena pasar mereka yang terus dikikis oleh Toyota.

Apa inti dari kisah tersebut? Tidak lain adalah semangat untuk membangun value. Dalam kacamata ilmu pemasaran, value dirumuskan sebagai (functional benefit + emotional benefit) / total give. Dalam bahasa yang sederhana, meningkatkan value dari sebuah produk atau jasa berarti memberikan benefit yang lebih pada pelanggan atau konsumen, sehingga yang mereka dapatkan akan lebih dari sekedar produk yang mereka beli.
Tentu saja, memahami apa saja benefit yang bisa kita ciptakan, atau bagaimana meningkatkan value dari produk kita, membutuhkan proses belajar dan terus belajar. Itulah mengapa Kaisar Hirohito sangat peduli dengan berapa jumlah guru yang masih "tersisa". Jepang memang merupakan potret sebuah bangsa yang memiliki kesadaran tinggi untuk membangun value -nya.

Tahun 2007 sudah mulai kita masuki dan persaingan di berbagai bidang pun akan semakin keras. Apapun bidang ataupun jenis usaha yang anda jalani, tentunya anda ingin selalu tampil sebagai pemenang bukan? Dan value adalah suatu hal yang akan membuat anda atau produk anda dipersepsi "berbeda" dari pada para pesaing anda. Value adalah kunci untuk tampil sebagai pemenang.

Namun upaya untuk membangun value akan membutuhkan kerendahan hati untuk "bersedia" belajar, dan hal inilah yang sering menjadi kendala. Bahkan Jim Collins dalam bukunya Good To Great sampai-sampai mengatakan, "Baik adalah musuh dari hebat. Dan itulah salah satu alasan utama mengapa kita hanya mempunyai sedemikian sedikit hal yang dapat menjadi hebat."

Roda Nasib Itu Default Nya Memang Selalu Berputar

Senin, 05-Maret-2007; 11:41:14 WIB
Roda Nasib Itu Default Nya Memang Selalu Berputar
Oleh : Tommy Setiawan, pengamat MLM, penulis buku "BLOW!"


Kesuksesan adalah hak setiap insan. Tuhan sesungguhnya mengharapkan manusia untuk selalu berkarya dan meraih kesuksesan di jalan yang diridhoi-Nya. Namun ada satu pertanyaan yang menggoda, "Siapkah Anda untuk turun saat (berhasil) tiba di puncak kesuksesan?" Banyak orang yang mungkin tidak rela bila harus turun tahta dari puncak kesuksesan yang telah mereka raih. Dan, masak iya sih Tuhan tega membawa kita kembali ke "jaman susah" dulu?
Adalah sebuah kenyataan, sebuah hukum alam bahwa sebuah puncak gunung itu pasti dikelilingi oleh lembah. Ini adalah ketentuan universal yang tidak bisa dilawan. Saat anda tiba di puncak, maka di saat itu pula bersiap-siaplah untuk turun. Namun ini bukan berarti Tuhan menciptakan ketentuan yang kejam. Tuhan menciptakan "lembah" dengan maksud agar manusia bersiap-siap untuk mendaki puncak berikutnya yang lebih tinggi lagi.


Dalam dunia bisnis, ada istilah product life cycle. Setiap produk mempunyai masa-masa sun rise, masa puncak dan masa sun set. Inovasi menjadi kunci dari terciptanya produk-produk baru. Di saat ada suatu produk yang sudah tenggelam dan ketinggalan jaman, pastilah akan muncul produk penerusnya yang menyempurnakan pendahulunya. Dan siklus ini akan selalu berulang.
Prof. Yohanes Surya telah mengemukakan Teori Mestakung, bahwa di titik balik, di point of no return, seluruh semesta akan mendukung agar kondisi kritis dapat terlewati. Ini adalah sebuah hukum fisika, bahwa roda nasib memang akan selalu berputar, naik lalu turun, kemudian naik lagi, dan seterusnya. Bahkan Prof. Yohanes menganjurkan, kalau kita ingin sukses, maka ciptakanlah kondisi kritis.


Tuhan pun sesungguhnya sudah sejak awal mengajarkan kepada manusia bahwa "Sesudah kesulitan pasti akan datang kemudahan." Dalam kitab suci Al Quran ayat ini bahkan diulang sampai 2x berturut-turut. Ini artinya sebuah penegasan dari Tuhan, bahwa untuk meraih kesuksesan, manusia harus bersusah payah terlebih dahulu. There is no such thing as a free lunch. Anda ingin sukses? Siap-siaplah untuk berjuang. Anda ingin "kembali" meraih sukses? Maka siap-siaplah untuk "kembali" berjuang.


Ada dua hal yang menjadi implikasi dari ketentuan universal ini. Pertama, bagi Anda yang sedang berada di puncak kesuksesan, Anda harus mulai mawas diri. Kenapa? Karena ilmu, kelebihan dan kapasitas Anda yang berhasil melejitkan diri Anda saat ini kemungkinan akan expired dalam beberapa waktu ke depan. Anda dituntut untuk terus belajar dan terus berinovasi.


Kedua, bagi Anda yang sedang dalam periode kegagalan, sadarilah bahwa Tuhan itu Maha Penyayang. Lembah kegagalan diciptakan-Nya sebagai sarana awal pendakian Anda menuju kesuksesan. Mendaki toh harus selalu dari bawah, dan menyalip toh harus selalu dari belakang.
Tak ada kesuksesan yang abadi, demikian pula, tak ada kegagalan yang abadi. Ditulis oleh Tommy Setiawan, pengamat MLM, penulis buku "BLOW!" (Benefit-Leadership-Organize-Worldly). Tommy dapat dihubungi melalui email blowbytommy@yahoo.com atau melalui 0812 80 56772.

Goal Praying, Membangun Sukses Dari Dalam Hati

Jumat, 28-September-2007; 11:00:15 WIB
Goal Praying, Membangun Sukses Dari Dalam Hati
Oleh : Tommy Setiawan


Istilah "goal praying" (berdoa untuk kesuksesan) mungkin masih belum banyak disinggung dalam konsep pengembangan diri. Bandingkan dengan istilah "goal setting" yang saat ini nampak begitu mendominasi. Keduanya memang berangkat dari substansi yang berbeda.
Goal setting menekankan pada "possitive thinking" sementara goal praying menekankan pada "possive feeling" dan bekerja seputar Universal Law of Attraction (Hukum Ketertarikan Universal) yaitu sebuah hukum alam dimana "hasil" diyakini merupakan kombinasi dari usaha, niat dan doa dengan penekanan pada rasa syukur.


Syukur yang dimaksud di sini adalah rasa berterimakasih pada Sang Pencipta atas proses yang sedang dijalani dan atas hasil akhir yang AKAN diraih, meskipun saat ini MASIH dalam proses pencapaian. Hal ini berangkat dari rasa YAKIN bahwa Tuhan semesta alam PASTI selalu mengabulkan doa hamba-hamba Nya. Syukur memang menjadi seperti "down payment", yang sudah dibayarkan SEBELUM produknya (hasil akhirnya) diterima.


Cukup banyak pemikir yang sudah mengusung konsep ini. Sebut saja buku "The Secret" karya Rhonda Byrne. Di tanah air, seorang pemikir tassawuf modern, Agus Mustofa, juga menuangkan pikiran-pikirannya yang sejalan dengan hukum ini. Ceramah-ceramah dari Ustadz Yusuf Mansyur yang sarat konsep "sedekah untuk keberkahan" juga sangat selaras dengan hukum ini.
Hukum Ketertarikan Universal ini kemudian dijabarkan secara lebih mendalam oleh seorang trainer dari tanah air, Erbe Sentanu, dalam bukunya QuantumIkhlas. Beliau juga telah sukses dalam menerapkan pelatihan goal praying, tidak saja bagi individu namun juga bagi institusi korporat. Hukum Ketertarikan Universal berdasarkan pada pemikiran bahwa semua manusia dan seluruh alam semesta "tenggelam" dalam Zat Tuhan, Sang Pencipta. Seluruh alam semesta ini bergerak bersama, berpusaran dalam keseimbangan yang sempurna. Karenanya, setiap komponen alam semesta harus selalu sinkron dengan gerakan makrokosmos ini. Inilah inti dari Hukum Ketertarikan Universal, yaitu KESELARASAN.


Seperti sudah diuraikan di atas, "hasil" merupakan kombinasi dari usaha, niat dan doa dengan penekanan pada rasa syukur. Komponen-komponen inilah yang akan menciptakan KESELARASAN. Ini merupakan jawaban, mengapa orang yang "ahli" mengeluh justru selalu akrab dengan masalah dan mengapa orang yang selalu merasa "cemas" justru menjadi orang yang paling sering mengalami nasib sial.

Misi : Membangun Kekayaan Mental Manusia Indonesia Demi Kehidupan Yang Lebih Bernilai
Slogan : Bosan kita menderita ! Saatnya Bersama ! Bangun Indonesia !

"THE REAL INFORMATION OF AHMAD ROBIYANSYAH"